Dalam kamus besar bahasa bangsa mana pun mungkin belum terdapat arti kata yang menjelaskan teori kepentingan, namun kenyataan di lapangan banyak muncul masalah-masalah yang mengatasnamakan kepentingan, entah itu kepentingan secara pribadi, secara golongan, secara instansi, atau secara lainnya. Merencanakan atau merumuskan suatu masalah sebelum sampai pada tahap pelaksanaannya tentu selalu didahului dengan berteori, walaupun ruang lingkup yang akan dibahas itu kecil selalu di awal terdapat kajian teori, dan pokok bahasan terakhir adalah kalimat yang mengandung kepentingan.
Seorang guru memberikan ilmu kepada murid-muridnya juga berdasarkan kepentingan pribadi untuk bersama. Seorang mahasiswa pun dituntut untuk menguasai wawasan ilmu di tempat ia belajar. Suguhan yang diberikan berdasarkan teori-teori para pemikir yang bersifat keilmuan. Lalu pada tahap akhir proses menuntut ilmu mahasiswa tersebut harus membuat suatu karya tulis berdasarkan teori yang ia pelajari dalam bentuk buku juga berdasarkan atas kepentingan, dan seorang penjual karcis kendaraan umum juga melakukan hal yang sama. Tulisan ini pun terjadi didasari atas kepentingan pribadi untuk bersama. Lalu di manakah letak teori tersebut berada?
Mungkinkah berada di tempat-tempat para pemikir bekerja sekarang? Yang selalu ditayangkan melalui media massa adalah para pemikir yang kompeten di bidangnya. Mereka selalu menggunakan argumentasi berdasarkan teori-teori hasil pemikiran masing-masing bertujuan sebagai wacana atau usulan demi suatu kesimpulan akhir.
Semua itu merupakan teori yang tak mungkin selesai. Demikian juga dengan kepentingan.
No comments:
Post a Comment