Secara substansial, proses ritual berpuasa seharusnya bermuara pada produk manusia yang bertaqwa. Indikasi orang bertaqwa menurut Nurcholis Madjid adalah mempercayai kegaiban, mendirikan shalat, dan mengeluarkan sebagian hartanya untuk diberikan kepada yang membutuhkan. Ketiga hal tersebut memiliki suatu kesatuan yang kuat, integrated yang tidak bisa dilepaskan satu dengan yang lainnya.
Namun terkadang kita terjerembab pada proses atau ritual puasa itu sendiri tanpa mampu menangkap pesan moral puasa yang kita jalani. Ini sama artinya kita melakukan penolakan secara keimanan terhadap yang gaib. Kita sudah terbiasa memahami agama secara tidak terintegrasi. Dan tidak adanya pemahaman secara komprehensif terhadap ajaran agama, maka kemungkinan itulah sebagai sebab terjadinya tindakan tersebut. Padahal Nabi telah mengingatkan bahwa banyak sekali orang yang melakukan puasa namun tidak mendapat apa-apa kecuali lapar dan haus saja.
Pesan moral dalam puasa adalah kita dilarang memakan makanan yang haram. Pesan ini sangat relevan dengan kondisi saat ini, ketika kita menjadi konsumtif, atau bahkan untuk menaikkan status sosial, kita tidak jarang berani memakan hak orang lain. Kita juga sering menjadi omnivora tanpa memperhatikan halal dan haram. Mengapa manusia dapat terjerumus kepada lembah kemaksiatan yang mengakibatkan dirinya terhina? Secara empiri menunjukkan, terjerumusnya manusia ke lembah kehinaan disebabkan oleh ketidakmampuannya mengendalikan dan mengalahkan nafsunya sebagai musuh utama manusia.
Perut adalah simbol tempat memenuhi segala kebutuhan materi. Karena dengan terpenuhinya kebutuhan perut, manusia akan bertahan hidup dan dapat menyambung kelangsungan kehidupannya. Bahkan demi hidup, ada saja diantara manusia menjual dirinya dan menjadi objek komersial. Bahkan penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan pun sekarang ini dilakukan dan telah menjadi rahasia umum yang seakan sudah menjadi budaya dikalangan tertentu.
Bukankah upaya untuk memenuhi kebutuhan perut sebagai pertanda kehidupan? jawabannya benar!.
Namun dalam pengajaran yang di sampaikan oleh Nabi sesuai dengan petunjuk di Al-Qur'an dan sunnah memiliki batasan-batasan tertentu yang harus dipatuhi sebagai umat yang taat menyakini ajaran ini sebagai kebenaran, bukan sebaliknya.
Oleh karena itu jika umat dan pemerintah bersungguh-sungguh untuk memberantas segala tindakan kejahatan, momentun bulan ramadhan ini merupakan momen yang sangat stragetis untuk melawan dan mengalahkan tindak kejahatan tersebut. Sebab ibadah puasa yang diisyaratkan kepada umat bertujuan untuk mengendalikan kedua sumber nafsu tersebut.
Dengan puasa pula dapat menjadi momentum untuk menahan diri dari perbuatan dosa, perbuatan korupsi, perbuatan lainnya yang dilarang oleh agama. Orang yang serius melaksanakan seluruh perintah ini maka akan mendapat keringanan dosa dari yang maha kuasa. Dengan catatan dosa yang diperbuat tidak lagi dilakukan setelah momentum ini berakhir.
Jangan sampai manusia terbelenggu oleh hawa dan nafsu duniawi yang menyesatkan, sebagai makhluk yang berakal seharusnya dapat lebih menahan diri untuk mengikuti hawa nafsu ini. Dan jangan sampai hawa nafsu yang tidak pernah puas ini membelenggu aktifitas kehidupan sehari-hari. Menjadi manusia yang puas, memiliki rasa syukur yang tinggi, serta memiliki rasa saling berbagi akan dapat membersihkan jiwa dari hal-hal yang tercela.
No comments:
Post a Comment