Masyarakat pada umumnya memandang pemborosan adalah sesuatu yang sia-sia dilakukan jika dilihat dari segi fungsi dan manfaatnya. Namun rupanya pemborosan masih menjadi budaya dikalangan masyarakat itu sendiri terlepas dalam konteks yang berbeda. Dalam penggunaan bahasa pun jelas terlihat, ternyata bahasa yang kita gunakan mengarah kepada pemborosan kata perkata maupun per kalimat. Menurut ahli tata bahasa, kita menggunakan kata-kata yang terangkai sesuai dengan kaidah yang berlaku yang bertujuan agar dapat mengungkapkan gagasan, perasaan, atau pikiran yang ada dalam benak kita.
Sering kali pemakaian kalimat seperti "maju ke depan", "mundur ke belakang", "naik ke atas", "turun ke bawah", "masuk ke dalam", secara spontan kalimat tersebut terucap tanpa kita sadari bahwa kalimat tersebut sudah bermakna sama, tetapi kita tidak perhatikan bahwa telah terjadi pemborosan kata. Memang tidak menjadi masalah bagi lawan bicara yang mendengarkan, karena mitra bicaranya pun tidak memahaminya tetapi cukup mengerti maksud kalimat tersebut.
Penggunaan kata-kata tersebut jelas kurang tepat karena menjadi tidak efektif. Untuk mengefektifkan yaitu dengan membuang kata yang sudah terwakili maknanya. Ilustrasi kalimat yang biasa terjadi pemborosan misalnya "Orang itu naik ke atas meja". Kata naik dan atas sudah merujuk kepada pengertian yang sama, alangkah baiknya jika disederhanakan "orang itu naik ke meja" sudah cukup memiliki makna yang tepat juga efektif.
Tidak sebatas itu saja, sebagian masyarakat juga tidak konsisten ketika menggunakan frasa-frasa tersebut. Disengaja atau tidak aktivitas dalam berbahasa sebagai alat berkomunikasi ternyata telah mengabaikan kaidah bahasa itu sendiri. Alangkah baiknya kita lebih bijaksana dalam berbahasa dan tidak boros dalam menggunakan kata-kata sesuai dengan slogan "Gunakan Bahasa dengan Baik dan Benar".
No comments:
Post a Comment