Jika ada slogan yang berbunyi "say no to drug", harusnya ada juga slogan yang berbunyi "say no to cigarette". Tapi slogan hanyalah sekedar peringatan yang boleh didengar boleh juga tidak. Namun yang menjadi pertanyaan adalah mengapa harus say no to drug yang selalu dikampanyekan dimasyarakat? mengapa say no to cigarette tidak diikutkan dalam kampanye tersebut? Apa bedanya sekarang, jika drug dapat menyebabkan kematian, dan akibat dari merokok juga berujung pada kematian.
Kenyataan dibanyak tempat justru iklan-iklan baik melalui papan reklame maupun iklan melalui media massa mempromosikan produk rokok tanpa melihat lagi apakah berdampak buruk atau tidak pengaruhnya terhadap konsumen yang terpikat dan membeli produk tersebut. Memang tidak dapat dipungkiri jika dipersentasikan di masyarakat kita sebanyak 6 dari 10 warganya pernah atau bahkan sudah menjadi perokok aktif. Bayangkan jika jumlah wilayah per rata-rata seluruh negeri ini mengalami hal yang sama, sudah pasti polusi terbesar setelah asap kendaraan bermotor adalah polusi asap rokok juga faktor kematian paling banyak disebabkan karena dampak penyakit dari akibat merokok.
Rokok adalah salah satu produk familier, terutama di negeri ini yang dalam proses pembuatannya melibatkan banyak tenaga kerja terdiri dari penduduk diberbagai wilayah. Jika dilihat dari analisa kesehatan, dampak yang ditimbulkan dari merokok adalah dapat menyebabkan penyakit kanker, serangan jantung, impotensi, stroke dan gangguan kehamilan dan janin, seperti yang tertera pada setiap bungkus rokok. Bagaikan buah simalakama ketika harus dihadapkan kepada dua pilihan. Secara garis besarnya, jika merokok dapat menyebabkan kematian dan andaikan penyebab kematian itu tersangka utamanya adalah rokok, mengapa sampai sekarang produksi barang tersebut makin meningkat bahkan kini banyak bermunculan merk-merk baru yang jual di masyarakat?. Lalu apa pengaruhnya peringatan yang tertera pada setiap bungkus rokok tersebut?
Sudah menjadi tanggung jawab kita sendiri jika sudah mengetahui dampak yang ditumbulkan dari kebiasaan menghisap asap rokok tetapi masih saja hidup mesra berdampingan dengan rokok. Sudah menjadi tanggung jawab kita untuk dapat menghimbau anak-anak kita untuk belajar menghisap rokok dan kepada kerabat disekitar kita untuk tidak menjadikan rokok seolah menjadi menu wajib setelah makan.
No comments:
Post a Comment