Dalam bahasa medis cegukan disebut sebagai hiccup, adalah fenomena yang melibatkan sistem saraf dan pernafasan, yang tujuannya sampai kini belum diketahui. Istilah hiccup muncul dan digunakan orang untuk menirukan suara yang dikeluarkan saat cegukan. Istilah lainnya adalah Singultus berasal dari bahasa latin singult, yang berarti menarik nafas saat seseorang sedang terisak-isak. Sebenarnya ketika seseorang cegukan yang terjadi adalah kontraksi otot-otot pernapasan.
Diafragma dan otot-otot diantara tulang rusuk menyebabkan gerakan menarik nafas. Namun diikuti pula dengan menutupnya katup saluran nafas (glotis) secara tidak normal dan secara tiba-tiba sehingga mengeluarkan suara yang disebut sebagai cegukan. Biasanya cegukan muncul 6 sampai 60 kali per menit dengan interval cukup teratur dan berlangsung beberapa menit saja. Namun ada kalanya bertanyan lebih dari 48 jam, dan bisa pula hingga berhari-hari.
Cegukan dapat dialami oleh siapa saja, dari janin dalam kandungan, anak-anak sampai orang dewasa dapat mengalami cegukan. Meski demikian, konon anak-anak lebih sering mengalami cegukan dibandingkan orang dewasa. Menurut analisa medis, terjadinya cegukan melibatkan refleks pada saraf frenikus dan saraf vagus yang ada di daerah diafragma (otot pernafasan utama yang terletak antara dada dan perut). Penyebab cegukan yang bersifat sementara biasanya terjadi karena peregangan saluran cerna, minuman berkarbonasi, banyak menelan udara, alkohol, merokok, stress dan tertawa yang berlebihan. Iritasi pada saraf vagus dan frenikus merupakan penyebab terbanyak.
Benda asing yang berada di daerah telinga pun ternyata dapat menyedi penyebab cegukan, karena ada salah satu cabang saraf vagus di daerah itu. Selain itu kelainan seperti peradangan pada tenggorokan dan tumor dapat juga menstimulasi serabut saraf yang ada didaerah tersebut yang juga merupakan cabang saraf vagus.
Berbagai kelainan diafragma juga dapat mendasari timbulnya cegukan, seperti hernia hiatus, reflux gastroesofagus, abses subfenikus, serta manupulasi diafragma selama pembedahan. Penyebab lain yang juga mungkin adalah penyakit sistem saraf pusat yang mengganggu refleks cegukan. Dapat pula berupa infeksi, tumor, maupun kelainan pembuluh darah. Kondisi uremia yang dialami pasien gagal ginjal, juga dapat menjadi penyebab. Selain itu faktor psikogenik pun perlu dipertimbangkan.
Untuk menghilangkan cegukan secara teoritis adalah dengan mengupayakan adanya interupsi lengkung refleks cegukan, seperti :
- Kadar karbondioksida tinggi dalam darah dapat melumpuhkan cegukan. Caranya dengan bernafas dalam sebuah kantong kertas. Tiup dan hirup sebanyak 10 kali dengan cukup kuat, sampai wajah memerah. Lakukan dengan cepat, dan usahakan kantong kertas tertutup rapat sehingga tidak ada udara yang masuk ke dalamnya. Jadi udara yang dihirup adalah karbondiaoksida.
- Teknik lain meningkatkan kadar karbondioksida adalah dengan menahan nafas selama mungkin, lalu menelan ketika cegukan dirasa akan datang. Lakukan sebanyak dua sampai tiga kali, kemudian tarik nafas dalam-dalam lalu mulai lagi cara tersebut sampai beberapa kali.
- Ada pula yang menyarankan menahan nafas selama mungkin, kemudian keluarkan dan tahan selama mungkin, atau dengan menahan nafas dengan kepala menengadah.
- Menelan satu sendok teh gula pasir kering dapat menghentikan cegukan dalam beberapa menit. Diduga gula dalam mulut akan mengirimkan sinyal melalui serabut saraf yang akan mengganggu lengkung refleks cegukan.
- Minum air dalam posisi membungkuk, lakukan pijatan ringan dengan jari telunjuk pada kedua sisi leher, tarik nafas dalam, minum 10 tegukan air saat tidak bernafas, membungkuk bernafas, membungkuk sampai jari tangan dapat menyentuh ibu jari kaki selama 60 menit, adalah cara lain untuk menghilangkan cegukan.
Bila cegukan tidak hilang dalam beberapa jam atau bahkan hari, maka pertolongan medis seperti penggunaan otab sudah diperlukan. Beberapa obat yang dapat digunakan untuk menghilangkan cegukan antara lain adalah chlorpromazin, metoclopramid, baclofen, antikonvulsan. Juga obat lain seperti quinidine, amitriptillin, dan marijuana. Penggunaan obat-obatan ini harus dengan petunjuk dokter, karena obat-obatan tersebut juga memiliki efek samping yang perlu diwaspadai. Bila dengan obat-obatan tersebut cegukan tetap bertahan juga, dapa pula dicoba dengan terapi hipnotis dan akupuntur.
Anestesi dengan ventilasi tekanan positif dan pelumpuh otot, dilaporkan bisa menghentikan cegukan. Sebagai senjata terakhir, bisa dilakukan tindakan pembedahan untuk menghancurkan atau memblok nervus frenikus. Cara ini telah dilakukan pada beberapa kasus cegukan yang tidak teratasi dengan berbagai cara seperti di atas. Sumber : Dr. Novan Harun.
No comments:
Post a Comment