Selama ini banyak orang yang hanya mementingkan IQ semata. Orang tua bangga jika anaknya menjadi juara misalnya olimpiade fisika, namun tanpa disadari telah menyepelekan jika ada yang jago menari, pandai bergaul, pandai berbahasa, pandai berolahraga dan sebagainya. Kejeniusan bukan semata-mata memiliki IQ di atas 130, namun jenius bisa dimiliki anak dibidang lainnya.
Lebih mengherankan lagi sekolah tempat anak mencari ilmu, mewajibkan setiap anak harus cakap di segala bidang. Sehingga pada kasus ujian nasional, sering kali mereka yang jenius dalam bidang olahraga atau seni harus tidak lulus karena gagal pada bidang tertentu yang tidak dikuasainya. Maka wajar jika hanya sedikit anak yang menyukai sekolahnya. Mereka hanya senang jika bel istirahat maupun bel pulang sekolah berbunyi. Sekolah sebagai sarana ilmu membina masa depan juga harus memiliki model kecerdasan bagi anak, sehingga kurikulum akan sesuai dengan model kecerdasan setiap anak. Berkaitan dengan kecerdasan teori multiple intelligences membagi kecerdasan anak dalam spektrum yang cukup luas.
Kecerdasan Logika
Kemampuan berfikir menurut aturan logika dan menganalisis pola angka-angka, serta memecahkan masalah melalui kemampuan berfikir ini akan memuat kemampuan anak berfikir secara induktif dan deduktif. Anak-anak dengan kecerdasan matematika dan logika yang tinggi cenderung menyenangi kegiatan analisis dan mempelajari sebab akibat terjadinya sesuatu. Mereka lebih menyenangi cara berfikir yang konseptual, menyusun hipotesis, mengkategori dan mengklasifikasi apa yang dihadapinya.
Apabila kurang memahami, mereka akan cenderung bertanya dan mencari jawaban atas hal yang kurang dimengerti. Anak yang cerdas juga sangat menyukai permainan yang melibatkan kemampuan berfikir aktif seperti permainan catur dan bermain teka-teki. Setelah remaja biasanya cenderung menggeluti bidang matematika atau IPA, dan setelah dewasa menjadi insinyur, ahli teknik, ahli statistik, dan pekerjaan-pekerjaan yang banyak melibatkan angka.
Kecerdasan Berbahasa
Kemampuan seorang anak menggunakan bahasa dan kata-kata yang baik secara lisan maupun tulisan dalam berbagai bentuk yang berbeda adalah untuk mengekspresikan gagasannya. Kemampuan berbahasa anak yang tinggi umumnya ditandai dengan kesenangannya pada kegiatan yang berkaitan dengan bahasa seperti membaca, membuat puisi, dan menyusun kata mutiara.
Anak-anak ini cenderung memiliki daya ingat yang kuat akan nama baru, istilah baru, maupun hal-hal yang sifatnya detail. Mereka cenderung lebih mudah mempelajari dengan cara mendengarkan dan verbalisasi. Dalam hal kemampuan menguasai bahasa baru, mereka umumnya memiliki kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang lainnya. Saat dewasa biasanya akan menjadi presenter, pengarang, penyair, wartawan, penerjemah, serta profesi lain yang lebih banyak melibatkan bahasa dan kata-kata.
Kecerdasan Musikal
Kemampuan ini memuat kepekaan seorang anak terhadap suara-suara nonverbal yang berada disekelilingnya, dalam hal ini adalah nada dan irama. Karena anak-anak lebih senang mendengarkan nada dan irama yang indah. Cara ini dapat melatih konsentrasi anak menjadi lebih fokus, jenis-jenis irama yang klasikal sangat membantu dalam proses belajar konsentrasi otak, selama jenis musik itu tidak bersifat arogan.
Model kecerdasan tersebut membutuhkan pihak-pihak yang berperan aktif dalam pembentukan kecerdasan anak. Selain orang lain, orang tua selaku pembimbing utama juga dituntut lebih aktif menata dan mengarahkan kesenangan anak pada jalur yang benar.
No comments:
Post a Comment